Reading - Sharing - Inspiring

Peribahasa K

Inilah peribahasa Indonesia yang diawali dengan huruf K:

756.  Kabar angin.
Kabar yang tidak diketahui kebenarannya.

757. Kabar jauh dengar-dengarkan, kalau dekat pikir-pikiri.
Segala kabar yang kita dengar dari orang, sebaiknya diselidiki terlebih dahulu. 

758. Kacang lupa akan kulitnya.
Perihal orang hina atau orang miskin yang lupa diri dan berubah menjadi sombong, tidak mengingat asalnya lagi.   

759. Kail sebentuk, umpan seekor, sekali putus sekali berhanyut.
Pedagang yang memiliki modal kecil, jika rugi sekali saja habislah modalnya.   

760. Kain basah kering di pinggang.
Perihal seseorang yang amat miskin.        

761. Kaki ke atas, kepala ke bawah.
Selalu membanting tulang untuk mencari kehidupan sehari-hari/selalu bekerja keras. 

762. Kaki sudah terlangkah, tangan sudah terjembakan.
Telah terlanjur membuat keputusan, tidak mungkin ditarik kembali.     

763. Kaki tertarung inai obatnya, kata terdorong emas padanannya.
Haruslah hati-hati, kalau salah tentu akan didenda atau dihukum.         

764. Kalah jadi abu menang jadi arang.
Dalam suatu perselisihan kalah atau menang tidak ada bedanya, sama-sama rugi.     

765. Kalau air keruh di hulu, sampai ke muara keruh juga.
Kalau sesuatu hal dimulai dengan tidak baik, hasil akhirnya pun tidak akan baik juga. 

766. Kalau air keruh, limbat pun keluarlah mencari makanan.
Kalau terjadi kekacauan dalam negeri, maka seseorang yang jahat tabiatnya suka mencari keuntungan untuk dirinya.        

767. Kalau akan jadi tikus, dari kecil telah bulat ekornya.
Anak yang akan menjadi orang baik atau jahat itu, sejak kecil sudah ada tanda-tandanya.    

768. Kalau ditendang biar kaki yang memakai kasut, kalau ditampar biarlah dengan tangan bercincin.
Lebih baik berdebat dengan orang pandai daripada dengan orang bodoh.        

769. Kalau gajah hendaklah dipandang gadingnya, kalau harimau hendaklah dipandang belangnya.
Seseorang itu dipandang berdasarkan apa yang ada padanya baik kepandaian maupun kekayaan.

770. Kalau kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diduga.
Kalau ilmu belum seberapa, jangan hendak melawan orang yang pintar dan berpengalaman. 

771. Kalau kucing tidak bermisai, tidak ditakuti tikus lagi.
Jika seseorang sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi, maka tidak akan disegani atau ditakuti orang.

772. Kalau langit hendak menimpa bumi, bisakah ditahan dengan telunjuk.
Perihal orang yang berkedudukan rendah yang tidak kuasa menolak perintah orang yang berkuasa. 

773. Kalau langkah terlangkahkan, pantang berbalik surut.
Pekerjaan yang telah dimulai dengan seksama, jangan sekali-kali dihentikan sebelum selesai.

774. Kalau menyeberang sungai biar ditelan oleh buaya, tapi jangan dipagut ikan kecil-kecil.
Lebih baik mendapat teguran dari orang yang besar dan berkuasa daripada diperdayai oleh orang kecil.     

775. Kalau pandai berinduk semang, lebih serasi induk kandung.
Kita harus pandai-pandai mengambil hati orang, agar mereka sayang kepada kita.     

776. Kalau pandai mencencang akar, mati lalu ke pucuknya.
Jika pemimpinnya sudah terkalahkan, maka pengikutnya pasti akan menyerah.         

777. Kalau pandai meniti buih, selamat badan di seberang.
Jika kita mempunyai kemauan yang keras untuk mengerjakan sesuatu yang sulit, maksud dan tujuan kita pasti akan berhasil.

778. Kalau sama tinggi kayu di rimba, di mana angin akan lalu.
Kalau semua orang ingin berkuasa, maka tidak akan ada yang diperintah.      

779. Kalau tak ada api, masakan ada asap.
Jika tidak bersalah mana mungkin dituduh.

780. Kalau tak beriam baiklah diam.
Orang yang miskin yang tidak mengerti apa-apa pasti akan menerima seadanya.      

781. Kalau tidak ada berada, masakan tempua bersarang rendah.
Kalau tidak ada penyebabnya, tentu tidak akan terjadi hal yang luar biasa.     

782. Kalau tidak angin bertiup, takkan pohon bergoyang.
Sesuatu hal yang terjadi pasti ada sebabnya.      

783. Kambing diparak, panjang janggutnya; orang tak hendak, banyak sebutnya.
Karena tidak suka, alasanpun dicari-cari (berdalih) untuk melepaskan diri.

784. Kami sepantun air didih, nasi masak badan terbuang.
Keluhan dari seseorang yang telah berbuat jasa, yang tak diindahkan, karena telah dilupakan.        

785. Karam di laut boleh ditimba, karam di hati bila kan sudah.
Kehilangan seseorang yang dicintai lebih menderita daripada kehilangan harta.

786. Kapal besar ditunda jungkung.
Orang besar menuruti perintah orang yang lebih kecil.

787. Kapal satu nahkoda dua.
Jika suatu pekerjaan dikepalai oleh dua orang yang sama kuasanya, maka akan gagal juga pekerjaan itu.

788. Karam berdua, basah seorang.
Dua orang berbuat, tetapi seorang saja yang menerima akibatnya.      

789. Karam di laut boleh ditimba, karam di hati sedih sekali.
Amat bersedih hati karena ditinggalkan oleh orang yang dicintai.

790. Karam Kampar oleh Kuantan, karam sambal oleh belacan.
Seseorang yang kita kasihi dan kita sayangi merusakkan sesuatu yang telah kita berikan kepadanya.        

791. Karam tiada berair.
Mendapatkan musibah tanpa ada sebab.   

792. Karena emas kemas, karena padi menjadi.
Asal memiliki uang atau harta, apa saja yang diinginkan dapat tercapai.

793. Karena mata buta, karena hati mati.
Orang yang selalu menuruti hawa nafsunya, akhirnya harus menanggung segala perbuatannya.      

794. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kesalahan yang kecil, kebaikan yang banyak yang telah dilakukannya menjadi hilang sama sekali.   

795. Karena tak kenal maka tak sayang.
Jika belum kenal, maka belum dapat menilai baik-buruknya seseorang.

796. Karung tak berisi, tak dapat ditegakkan.
Kalau perut lapar, tentu tenaga untuk bekerja tidak ada.

797. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah.
Kasih ibu kepada anak tidak terbatas, tapi kasih anak sangat terbatas, kadang tidak ada sama sekali.        

798. Kasih tak sampai dendam tak sudah.
Belum puas.

799. Kasihan ombak maka mandi.
Selalu mengharapkan belas kasih dan pertolongan dari orang lain.       

800. Kasihkan anak tangan-tangankan, kasihkan bini tinggal-tinggalkan.
Jika sayang kepada anak, harus dimarahi/ditegur bila dia berbuat salah.         

801. Kata banyak kata bergalau.
Walau sesuatu hal dikatakan oleh orang banyak, belum tentu dapat dipercaya.

802. Kata si besar benar, kata si kecil segala bukan.
Perkataan orang besar itu sungguhpun banyak yang salah, walau terpaksa tetap didengarkan, tetapi perkataan orang kecil meskipun benar dan baik, sering kali tak diindahkan orang. 

803. Kata yang lemah lembut itu anak kunci hati segala manusia.
Perkataan yang lembut itu dapat memadamkan dan membuka hati orang.     

804. Katak ditimpa kemarau.
Sangat ramai memperbincangkan sesuatu.

805. Katak hendak menjadi lembu.
Orang yang hendak meniru perbuatan orang lain, yang ia tidak mungkin sanggup melaksanakanya. 

806. Kayu besar di tengah padang, tempat bernaung kepanasan, tempat berlindung kehujanan.
Cerdik dan pandai tempat bertanya, kaya tempat meminta. Orang yang banyak berjasa.     

807. Ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah-tengah digerek kumbang.
Perihal seseorang yang tidak berwibawa baik kepada keluarga yang dibawah maupun yang di atasnya, yang disebabkan oleh pribadi tersebut tidak mampu mengatur dirinya sendiri.

808. Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun.
Sepakat dalam segala hal.  

809. Ke bukit tak beroleh angin, kelurah tak beroleh air.
Perihal orang yang minta pertolongan kepada orang yang menurutnya dapat menolong, akan tetapi sia-sia, tak seorangpun yang berbelas kasihan kepadanya.    

810. Ke hulu kena bubu, ke hilir kena tengkalak.
Bahaya kalau sudah datang tidak dapat dielakkan lagi, kemanapun kita pergi tidak akan pernah bisa menghindar.

811. Ke langit tak sampai ke bumi tak nyata.
Pekerjaan yang belum terselesaikan.       

812. Ke langit pun menjemur takkan kering.
Meski kemanapun berusaha mencari uang, kalau belum nasib belum juga akan beroleh rezeki.

813. Ke lurah sama menurun, ke bukit sama mendaki.
Seia sekata, dalam susah dan senang bersama-sama.    

814. Ke mana angin deras, ke sanalah condongnya.
Orang yang tidak mempunyai pendirian, selalu mengikuti pendapat orang lain. 

815. Ke sawah tiada berluluk, ke ladang tiada berenang.
Mendapatkan keuntungan yang tidak diduga sebelumnya.

816. Ke atas tak berpucuk, ke bawah tidak berturut, di tengah-tengah bergerak kembali.
Ikrar yang diucapkan dengan sungguh-sungguh.  

817. Kebun awak sajalah siangi!
Perihal seseorang yang memikirkan diri sendiri, tidak menghiraukan orang lain.

818. Kecil bernama besar bergelar.
Kalau menegur anak muda disebut namanya, kalau menegur orang tua disebut gelarnya.     

819. Kecil tak boleh disangka anak, besar tak boleh disangka bapak.
Kedudukan atau pengetahuan tidak boleh dilihat dari usia.         

820. Kecil tapak tangan niru ditadahkan.
Sangat berterima kasih atas pertolongan dan nasihat seseorang.

821. Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa, sudah tua berubah tidak.
Berbuat baik harus dibiasakan sejak kecil, karena kebiasaan itu sukar untuk dihilangkan.

822. Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi anak.
Waktu masih kecil tingkah lakunya selalu menyenangkan orangtua, tapi jika sudah besar sering menyusahkan.         

823. Kecil-kecil lada padi.
Perihal seseorang yang badannya kecil dan tampak bodoh, tetapi sangat berani dalam segala hal.    

824. Kedal menjadi pekung.
Karena tidak mengindahkan perkara kecil, akhirnya menjadi persengketaan besar dan susah diselesaikan.  

825. Kejadian itu telah membakar hatinya.
Masalah yang membuat hati panas.

826. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.
Sifat yang jujur selalu diterima di mana saja.      

827. Kelakuannya seperti musang, siang tidur malam berjaga.
Perihal orang jahat yang melakukan pekerjaannya dengan sembunyi-sembunyi.        

828. Kelebihan ikan karena sirip, kelebihan manusia karena akal.
Masing-masing mempunyai kelebihan.

829. Keledai hendak dijadikan kuda.
Perihal orang yang bodoh yang ingin dipandang sebagai orang pandai.  

830. Keluar tak ganjil, masuk tak genap.
Tidak ada gunanya.  

831. Keluarnya lubang gendang, masuknya lubang penjahit.
Pendapatan sedikit, tetapi belanja amat besar.    

832. Ke mana dialih, lesung berdetak juga.
Segala sesuatu yang merugikan, di mana pun berada akan tetap merugikan.   

833. Ke mana kelok lilin, ke sana kelok layang.
Orang yang menurut kepada atasannya dan tidak pernah berani membantah. 

834. Ke mana tumpah hujan dari bubungan, kalau tidak kecucuran atap?
Sedikit-dikitnya sifat orangtua akan menurun juga kepada anak-anaknya.

835. Ke mana tumpah kuah kalau tidak ke nasi.
Sifat atau perilaku orang tua sedikit banyak pasti akan menular pada anaknya kelak. 

836. Kemenyan sebesar lutut, jika tidak dibakar di mana akan berbau.
Pengetahuan yang banyak itu kalau tidak dikembangkan tentulah tidak akan diketahui orang 

837. Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lain.
Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda.

838. Kepayang buah kepayang, dimakan mabuk dibuang sayang.
Menyayangi sesuatu yang menyebabkan kesusahan.      

839. Keras ditakik, lunak disudu.
Yang keras diatasi dengan kekerasan dan yang lemah diatasi dengan lemah pula.      

840. Keras-keras kerak, kena air lunak juga.
Sekeras apapun hati orang, jika terus menerus dirayu pasti lunak kembali.     

841. Kerasnya seperti batu, lembutnya seperti bubur.
Perihal seseorang yang terlampau keras mempertahankan haknya, tetapi kalau pandai mengambil hatinya mudah pula ia menuruti kemauan kita.     

842. Kerbau diberi berpelana, kuda diberi berpasangan.
Melakukan sesuatu tidak pada tempatnya, sehingga tidak cocok.

843. Kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya.
Perihal menepati janji atas apa yang pernah diucapkan.  

844. Kerbau jangan dimaling orang, ayam jangan dimusang.
Orang tua harus menjaga anak gadisnya dengan baik agar tidak diganggu orang.      

845. Kerbau punya susu, sapi punya nama.
Kita yang berusaha dan bekerja keras, tetapi orang lain yang mendapatkan hasilnya.

846. Kerbau sekawan boleh dikandang, manusia seorang tidak terkawal.
Sulitnya menjaga anak perempuan agar tidak mencemari nama baik keluarga.

847. Kerbau tahan palu, manusia tahan kias.
Mengajari manusia itu cukup dengan perkataan dan sindiran saja, tidak usah dengan pukulan atau kekerasan.         

848. Keris panjang berkelok, kemana dibawa kemana elok.
Orang berilmu dan bijaksana tentu dapat mengerjakan apa saja dengan baik. 

849. Kerja yang baik lekas-lekaskan, supaya jangan tertimpa yang buruk.
Jangan suka mengundur-undur suatu pekerjaan yang telah dipikirkan dalam-dalam dan sungguh-sungguh mendatangkan kebaikan.    

850. Keruh dijernihkan, kusut diselesaikan.
Menyelesaikan perselisihan dengan jalan damai dan segala sesuatu yang tidak baik diperbaiki.

851. Kesturi mati karena baunya.
Orang yang celaka karena perbuatannya sendiri. 

852. Ketam menyuruh anaknya berjalan betul.
Tak ada gunanya menasihati orang lain, kalau tingkah laku sendiri tidak baik.

853. Ketika ada jangan dimakan, sudah habis maka dimakan.
Suatu nasihat supaya berhemat dan menabung, bilamana kelak ada kesulitan barulah tabungan itu dipakai. 

854. Kecil-kecil cabe rawit.
Biarpun kecil tetapi punya kemampuan.    

855. Kijang itu walau dirantai dengan rantai emas sekalipun, kalau lepas lari juga ke hutan.
Perantau itu walau bagaimanapun senangnya di negeri orang, jika ada kesempatan ingin juga ia pulang ke negeri asalnya.        

856. Kilat cermin telah ke muka, kilat beliung telah ke kaki.
Ujung kata atau maksud perkataan seseorang, telah dimaklumi oleh orang yang bijaksana.  

857. Kilat sudah ke muka kilat bening sudah ke kaki.
Perbuatan yang buruk jangan dicontoh.    

858. Kini gatal, besok digaruk.
Keperluan sekarang, besok baru diberi, jadi tak ada gunanya lagi.       

859. Kita baru mencapai pengayuh, orang telah sampai ke seberang.
Kita baru akan memulai mengerjakan suatu pekerjaan, orang lain telah selesai menyelesaikan pekerjaan itu.

860. Kuah tumpah ke nasi.
Jatuh ke keluarganya sendiri

861. Kuat beroleh beban, berani beroleh lawan.
Hal seseorang yang tak dapat menyombongkan diri lagi karena telah mendapatkan lawan yang sepadan atau lebih kuat.    

862. Kuat burung karena sayap, kuat ketam karena sepit.
Masing-masing orang mempunyai kekuatan untuk menjaga dirinya.     

863. Kuat ketam karena sepit.
Tiap-tiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan yang tidak sama.        

864. Kucing lalu, tikus berdecit lagi
Bila seseorang yang ditakuti ada maka semuanya akan diam, setelah ditinggal pergi akan berisik lagi.        

865. Kuda hendak dijadikan lembu.
Orang yang pandai hendak disamaratakan dengan orang yang bodoh, tentu saja tidak mau. 

866. Kuda pelejang bukit.
Orang yang menjadi kaki tangan orang lain.        

867. Kukur apa kepada kukur, nyiur juga yang binasa.
Perihal seseorang yang mudah menasihati orang lain, tetapi dia sendiri tidak mau melakukanya       
868. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak.
Kesalahan orang yang sedikit tampak, tapi kesalahan sendiri yang jauh lebih besar, tidak disadari.

869. Kumbang tidak seekor, bunga tidak sekaki.
Kiasan bahwa tidak hanya satu orang laki atau perempuan di dunia ini, masih banyak yang bisa dijadikan pasangan hidup.      

870. Kunyah dahulu, maka telan.
Pikirkan dahulu sebaik-baiknya, baru dikerjakan. 

871. Kupas kulit ambil isi.
Perundingan yang dilakukan dengan ringkas, cepat, dan tegas. 

872. Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
Bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahuinya.       

873. Kurang arif badan celaka, terlampau arif badan binasa.
Untuk keselamatan hidup kita, perlu bertingkah-laku arif dan bijaksana.

874. Kurang sesayat sebelanga.
Sedikit saja kurang dari yang semestinya.

875. Kusut diselesaikan, keruh diperjernih.
Semua masalah dapat diselesaikan dengan cara damai.  

876. Kusut ujung dengan pangkal.
Jika sesuatu dimulai dengan salah, maka akhirnya tidak akan selamat juga.    

877. Kusut-kusut bulu ayam.
Perselisihan keluarga, lama-lama juga akan rukun kembali.

Lanjutkan ke L
Kembali ke J

Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar :